perlukah menulis

Nulis itu asyik = bullshit.

Pernah merasakan gelisah saat sedang menulis? Atau apakah kamu menulis karena gelisah? Menulis esai, artikel, curhat, atau bahkan membalas pesan tidak pernah terlepas dari kegelisahan. Apakah tulisannya tidak enak dibaca, apakah menyinggung seseorang, atau tidak pantas dipublikasikan atau dikirimkan? Sesungguhnya, perasaan gelisah adalah hal yang benar jika kamu masih berada di jalan Tuhan. Karena menulis itu sendiri merupakan buah dari hawa nafsu yang seharusnya disembunyikan.

Mungkin manusia modern sudah familiar dengan ungkapan: “Jadilah diri sendiri!” Bahkan ungkapan ini sebenarnya bisikan dari Setan. Jadi, menjadi diri sendiri? Merdeka? Bebas? Pernyataan yang sangat setan sekali!

Lalu, siapa kamu sebenarnya? Kamu dilahirkan bukan atas kemauanmu sendiri, jadi bagaimana mungkin kamu bisa membentuk tujuanmu sendiri sekarang?

Saat ingin menulis, ada gejolak batin apakah ini benar atau tidak. Jika dirasa benar, maka lanjutkanlah, tetapi di tengah-tengah proses menulis, sebenarnya malaikat yang berada di dekat atau di dalam diri kita memerangi setan yang terus menerus membisikkan untuk menyelesaikannya. Lalu akhirnya kehendak baik kalah, dan tulisan tersebut selesai dibuat.

Meskipun kalah, malaikat tidak pernah menyerah. Ada satu pertarungan lagi, apakah tulisannya hendak dipublikasikan dan dibagikan atau tidak. Dan lagi-lagi malaikat kalah. Tulisan akhirnya dipublikasikan.

Tapi malaikat tidak akan pernah menyerah, mereka terus berusaha agar tulisan tersebut tidak menyebar dan menyimpang ke arah yang lain, atau memanipulasi tulisannya sedikit demi sedikit agar tidak enak dibaca, sehingga maknanya tidak tersampaikan dan tidak meninggalkan kesan di benak pembaca. Membuatnya menjadi jahat.

Ada jurang lompatan yang harus dicapai penulis ketika nafsunya sudah tak tertahankan. Setan-setan menunggu di atas sana agar penulis melompat mencapainya. Malaikat sudah berusaha menahannya, memanipulasi tulisannya agar tidak terlalu bagus. Tetapi jika nafsunya lebih kuat dan ia melompat, maka malaikat tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Sebenarnya, tulisan jelek adalah tanda bahwa malaikat masih berada di pihakmu. Pemanipulasian ini digunakan untuk mereduksi nafsu. Oleh karena itu, penulis sukses adalah orang yang sudah berada di jalan setan. Semakin baik seseorang, semakin tulisannya tidak laku. Semakin tulisannya menyimpang atau membangkitkan nafsu lain bagi pembaca, semakin penulis itu dicintai oleh setan.

Bayangkan, orang yang biasa menulis sudah tidak diliputi kegelisahan lagi karena ia sudah berada pada golongan setan yang membuat malaikat terbungkam sehingga tidak dapat menyelamatkannya lagi. Selayaknya nikmat. Kekurangan bisa dianggap musibah, kecukupan bisa dianggap berkah, dan kelebihan bisa dianggap anugerah.

Padahal, sesungguhnya orang yang memiliki kelebihanlah yang mendapatkan musibah paling besar. Jika setan menggoda dan nafsunya menjadi besar, kelebihan itu akan dijadikannya kesombongan dan keserakahan. “Great power takes great responsibility,” dan tidak ada hal seperti tanggung jawab gratis.

Di atas sana, setan membantu si penulis berusaha lebih giat lagi, agar tulisannya lebih bagus, menambah pengetahuan, dan menambah nafsu.

Namun, tujuan penulis yang baik, kata-kata yang keluar dari tulisan maupun lisan tidak akan pernah semurni dengan apa yang dipikirkannya. Sehingga jika diterima oleh manusia lain, manusia lain dapat menafsirkannya secara bebas. Meskipun penafsiran tersebut salah, tafsir itu bisa juga disebarluaskan. Dan terjadilah siklus dan rangkaian kesalahpahaman.

Bisa dibayangkan berapa banyak kesalahpahaman yang terjadi akibat aksi-reaksi tersebut. Oleh karena itu, menulis, bercinta, berbicara di depan umum, mendekati lawan jenis, dan tindakan-tindakan yang menggelisahkan tersebut sebenarnya adalah tanda adanya perperangan dalam diri, malaikat vs setan. Jika setan menang, maka tindakan-tindakan tersebut akan muncul. Seharusnya lingkungan manusia di dunia bersifat statis seperti di surga dan taat pada aturan yang menakutkan, berubah menjadi dinamis dengan kemungkinan yang tak terhingga. Sehingga pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan dan dunia pun terus berkembang.

Sampai-sampai muncul pertanyaan delusional, bagaimana jika buah yang dimakan Adam dan Hawa adalah buah pengetahuan, dan Tuhan melarang kita mencapai pengetahuan itu? Banyak pemimpin yang memiliki visi yang berbeda diciptakan dari KESENJANGAN PENGETAHUAN, bukan? Dan pengetahuan didapatkan dari tulisan dan keadaan alam?

Dua aspek saja sudah membebani, ditambah dengan bisikan setan. Dan akibat perbedaan KESENJANGAN PENGETAHUAN tersebut, masyarakat kita saling mencurigai satu sama lain, terus bertanya apakah itu nyata atau tidak, palsu atau tidak, benar atau tidak. Apakah teman yang kita punya adalah teman sejati atau tidak, apakah orang yang baik kepadamu mencari keuntungan lain darimu atau tidak, apakah penceramah itu baik atau tidak, apakah pemerintah saat ini benar-benar bisa dipercaya atau tidak, apakah Tuhan ini ada atau tidak.

Pengetahuan tentang kosa kata juga didapatkan dari setan. Kata “nyata” atau “tidak nyata” adalah kata yang paling disukai oleh setan. Apabila matematika bisa dicerna, namun setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencernanya, kata “nyata” ini tidak akan pernah bisa dicerna oleh pikiran. Hal ini menimbulkan penyakit yang membuat manusia selalu bertanya dan meragukan. Oleh karena itu, hawa nafsu terbesar manusia yang terus-menerus digembor-gemborkan adalah “Cari sebanyak-banyaknya pengetahuan!”

Peperangan manusia saat ini adalah berusaha merebutkan pengetahuan. Karena dari pengetahuan, munculah nafsu-nafsu lain, seperti keserakahan dan tujuh dosa besar manusia.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa jalan Tuhan adalah jalan bagi orang-orang yang berani takut dan berani menyembunyikan apa yang diketahuinya.

Intinya, setan selalu salah dan berusaha memengaruhi manusia untuk menjadikannya baik, walaupun setan itu sebenarnya juga merupakan ciptaan Tuhan.


Terkadang, dalam peperangan batin antara malaikat dan setan, kehidupan manusia terus berputar. Dalam kompleksitasnya, pertanyaan-pertanyaan tak terjawab dan kesalahpahaman terus bermunculan. Namun, pada akhirnya, ada satu hal yang harus diingat: perjalanan manusia untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman adalah suatu anugerah yang tak ternilai.

Meskipun perjalanan ini penuh dengan tantangan, gelisah, dan pertempuran dalam diri, pengetahuan yang diperoleh melalui tulisan, pengalaman, dan alam adalah suatu harta yang tak ternilai. Meski terkadang kata-kata yang kita ungkapkan tidak mampu menyampaikan sepenuhnya apa yang ada dalam pikiran kita, tetaplah berani menulis, berbicara, dan mencari pengetahuan.

Dalam peperangan batin ini, malaikat dan setan akan selalu berjuang. Namun, jadikanlah malaikat sebagai panduanmu, agar setiap tulisan yang kamu hasilkan dapat memberikan makna dan memberkati orang lain. Teruslah mengejar pengetahuan, namun tetaplah berpegang pada nilai-nilai yang baik.

Sebab, pada akhirnya, tulisanmu adalah cerminan dari siapa dirimu sebenarnya. Dan walaupun kita terus berjuang dalam peperangan batin ini, ingatlah bahwa setiap langkah yang kita ambil menuju pengetahuan adalah langkah yang berharga.

Dengan demikian, mari kita terus menulis, mengungkapkan pemikiran, dan berbagi pengetahuan dengan penuh keikhlasan. Biarkan tulisanmu menjadi jembatan yang menghubungkan, memberi inspirasi, dan menerangi kehidupan orang lain.