Judul: Realisasi Sistem Ramah Anak di Sekolah

Sistem ramah anak di sekolah merupakan program sekolah yang bertujuan membentuk budaya sopan santun dan mendekatkan hubungan antara guru dan siswa, sehingga sekolah tidak hanya mencerdaskan generasi yang dididik, tapi juga meningkatkan moralitas siswa guna menjadi penerus bangsa Indonesia yang baik. Jika dilihat dari segi tujuan, program ini tentu saja sangat baik. Namun, pada realisasinya apakah program ini berjalan lancar dan benar-benar membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik ? Ataukah program ini hanyalah formalitas semata yang ditujukan untuk membuat sekolah “terlihat” baik ? Masalah apakah yang difokuskan dalam program ini ?

Menyambut siswa saat datang di pagi hari yang dilakukan guru, menerapkan 3S (senyum, sapa, salam), interaksi kebaikan yang aktif antara guru dan siswa, dan sebagainya merupakan bagian dari sistem ramah anak di sekolah. Berbicara tentang sistem ramah anak di sekolah, yang jelas adalah bahwa murid membudayakan tata krama yang baik terhadap semua orang dan guru bersikap baik juga ramah kepada anak didik, mengutamakan keramahan daripada kemarahan namun tegas dan berwibawa dalam mendidik, sehingga anak terdidik untuk berbudi pekerti layaknya orang Indonesia yang baik pada umumnya dan seharusnya. Seperti yang dicirikan Negara luar akan kekhasan dari orang-orang Indonesia.

Namun pada kenyataannya, sebagian siswa maupun guru tidak menganggap penting akan adanya program ini. Ada sebagian siswa yang ada atau tidaknya program ini tetap mencemooh guru yang tidak disukainya. Bersikap baik saat di depan hanya untuk menarik perhatian si guru untuk nilai semata namun di belakang menggunjing dan menertawakan guru tersebut. Ada juga sebagian guru yang malah gila hormat akan kesantunan dari siswanya. Dengan adanya program tersebut, guru dan siswa benar-benar “terlihat” sangat dekat dan akrab. Namun pada kenyataannya sifat-sifat buruk dari manusia tetap tidak bisa dihilangkan walaupun ada orang jujur yang terus berusaha menciptakan kebaikan dengan membuat program tersebut. Entah ada atau tidaknya program tersebut tidak mengubah kenyataan bahwa manusia selalu memiliki sisi yang buruk.

Lebih lanjut lagi, mereka meremehkan hal-hal tersebut, meremehkan nilai-nilai dari sistem ramah anak di sekolah, bahkan bukan hanya murid namun lebih luas lagi sebagian orang berpikir bahwa program ini hanyalah untuk kepentingan petinggi sekolah saja, yakni menaikkan citra sekolah. Tidak berpengaruh kepada budi pekerti siswa, terutama remaja sekolah menengah atas yang sudah sulit untuk diubah karena pengaruh dari lingkungannya. Oleh karenanya, program yang dari segi tujuan sangat baik, jika diterapkan pada jenjang remaja ke atas tidak akan benar-benar efektif. Yang ada hanyalah formalitas pencitraan semata, yang mungkin terlihat baik dari luar namun sebenarnya rusak dari dalam. Bagaikan janji manis politisi busuk yang selalu diingkari, minyak yang disatukan dengan air laut yang terlihat bersatu namun nyatanya tak pernah bersatu, sikap orang yang terlihat baik dari luar namun sebenarnya menyimpan banyak dendam.

Kebohongan kecil yang menuntun pada kebohongan besar yang menurut pelaku adalah hal biasa. Kita dididik untuk terus hidup dalam kebohongan dan kita rasa kebohongan tersebut adalah hal yang biasa, karena selama orang lain menilai kita baik, dengan cara apapun kita akan membuat diri kita terlihat baik, entah dengan cara yang benar ataupun tidak. Kebohongan kecil seperti mencontek, berbohong pada orang tua, dan berpura-pura baik tersebutlah yang mendorong orang untuk mencuri, memanipulasi, korupsi, dan melakukan tindak kejahatan besar lainnya di kemudian hari. Hal inilah yang membuat manusia terus berusaha mendapatkan pengakuan dari orang lain dengan cara yang tidak sepatutnya dilakukan, mengembangkan sifat materialistis, konsumtif, dan pemborosan yang terus merugikan lingkungan. Karena selama dirinya terlihat baik dan luhur di mata orang lain, ia akan melakukan apapun untuk membenarkan apa yang dilakukannya.

Tulisan ini ditujukan bukan hanya untuk pembuat program sistem ramah anak di sekolah, tapi seluruh pembaca yang ingin tersadarkan akan kebohongannya dan ingin terus memperbaiki diri. Kita sadar bahwa saat kita melakukan hal sepele, lalu kita menganggap biasa hal sepele tersebut akan membawa kepada dampak yang lumayan besar di kemudian hari. Kita harus mengubah pola pikir kita. Meremehkan hal-hal kecil dan menganggap sepele kebaikan-kebaikan tersebut nyatanya dalam jangka panjang akan membawa perubahan. Dengan kita terus mengupayakan kebaikan dan kebenaran, tidak akan ada lagi yang namanya pencitraan. Kita perlu menghilangkan prasangka buruk dan mendukung setiap yang mengupayakan kebaikan dan kebenaran. Mendukung program sistem ramah anak di sekolah dengan menunjukkan budi pekerti luhur bukan hanya kepada orang lain tapi juga kepada diri kita sendiri. Menganggap setiap kebaikan dan kebenaran akan selalu bernilai dan setiap kejahatan dan kesalahan selalu memiliki konsekuensi.

Kita tahu bahwa keburukan dan kejahatan tidak bisa dihilangkan dari dunia ini. Dengan adanya Ustad, Pendeta, Biksu, Filsuf, Hakim, Polisi, Tentara, Guru, dan orang baik lainnya, mereka tidak akan pernah bisa menghapus keburukan dan kejahatan. Yang mereka lakukan adalah memperkecil keburukan dan kejahatan. Dan tugas utama kita adalah melanjutkan perjuangan mereka, dengan memperkecil keburukan dan kejahatan, mengupayakan kebaikan dan kebenaran. Dengan begitu, kita akan memiliki semua yang perlu dipertanggungjawabkan di hadapan tuhan nanti.

Lalu kembali pada topik bagaimanakah realisasi sistem ramah anak di sekolah ? Jika seluruh siswa dan guru ataupun seluruh orang sadar akan perbuatannya, yang menjadikannya berbuat baik dan benar, maka program ini tentunya sangat bermanfaat bagi semua aspek. Mempererat hubungan baik antara guru dan murid yang merupakan cikal bakal hubungan baik antara masyarakat. Bukan hanya menjadikan siswa memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, namun juga memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Bukan hanya membentuk budaya formalitas demi citra sekolah saja, namun membentuk budaya dan kepribadian luhur atas dasar kesadaran dari tiap individu.

Kritik: Essay di atas bukan termasuk essay yang baik, walaupun EYD-nya tepat. Tidak bisa dibilang karya ilmiah karena isinya hanya mencakup opini penulis saja yang bersifat subjektif. Tidak dilengkapi fakta dan data yang mendukung argumen-argumennya, hanya berisikan curahatan hati atau bersifat emosional saja.