nihilist-cat.jpg

Banyaknya tikus di rumah membuat keluargaku kewalahan. Tiap kali ke dapur pada malam hari, selalu ada 2-3 tikus yang berlalu-lalang, menghilangkan makanan, centong, dan benda-benda lain yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan mereka. Meskipun sudah ditaruh obat tikus, sepertinya tikus-tikus itu sudah cerdik.

Tikus-tikus tersebut sebenarnya nihilis, mereka ingin cepat-cepat mati dan sering mengungkapkan bahwa hidup itu sia-sia. Mereka memakan apa saja dan berharap bahwa semua yang mereka makan akan segera membunuh mereka. Mereka sering mendengar bahwa manusia menaruh obat tikus di sekitar mereka.

“Mungkin manusia menyadari bahwa kita perlu memperbanyak populasi. Mereka meletakkan obat untuk menyembuhkan keputusasaan kita, menghilangkan wabah nihilisme di antara kita, lalu pada akhirnya memanfaatkan kita untuk bekerja bagi mereka,” kata Tikus 1.

“Manusia mengira kita seperti kucing yang hanya butuh sedikit makanan dan akan taat serta mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi. Kita sudah memakan segala sesuatu yang ada di sini, tetapi kita tidak diperbolehkan meninggalkan dunia yang sia-sia ini,” balas Tikus 2.

“Benar juga! Manusia ini jahat, mereka tidak membiarkan kita hidup bebas dan merdeka. Mereka berpura-pura peduli dengan kita, padahal pada akhirnya mereka hanya memanfaatkan kita,” setuju Tikus 3.

“Dengan demikian, kita tidak boleh tergoda oleh manusia! Kita tidak boleh pernah memakan obat ini yang membuat hidup kita lebih lama. Obat ini adalah racun. Kita semua harus mati dengan cepat dan meninggalkan dunia ini agar tidak ada lagi kesedihan yang bersemayam di antara sesama kita,” seru Tikus 1.

Sementara itu, di dunia manusia…

Cit cuiit cit cuiit, bruuuuk!

Wajan jatuh dari gantungan, tikus-tikus berlarian di atas lantai, dan juga di dalam lemari. Saat aku ingin makan malam, aku mencari centong nasi namun tidak kunjung menemukannya.

“Wirok anjing! Semua barang dibawa kabur! Bau! Meskipun telah diberi racun tikus, tetap tidak efektif!” aku marah-marah sambil menghentakkan kaki ke lantai, mengusir semua tikus.


Kalo racun ga mempan, pikiranku terlintas. Aku harus mencari solusi lain untuk mengusir tikus-tikus ini. Mereka telah mengambil alih dapurku, membuatku frustasi dan kehilangan nafsu makan.

Aku memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang kebiasaan dan kecerdikan tikus-tikus ini. Melalui penelitian online, aku menemukan bahwa tikus memiliki indera penciuman yang sangat tajam. Aku mencatat bahwa mereka sangat tidak suka aroma tertentu, seperti mint dan bahan-bahan yang memiliki bau menyengat.

Dengan informasi ini, aku mulai mengambil tindakan. Aku membeli beberapa daun mint segar dan menempatkannya di berbagai sudut dapur. Aku juga mengumpulkan bahan-bahan yang menghasilkan bau yang kuat, seperti cuka dan kulit jeruk, dan menggunakannya sebagai pengusir tikus alami.

Malam itu, aku duduk di dapur, menunggu. Tiba-tiba, aku mendengar suara kecil berdesis dan melihat beberapa tikus berlarian keluar dari sudut-sudut dapur. Mereka tampak jijik dan menghindari aroma mint yang kuat.

Namun, keberhasilanku belum lengkap. Tikus-tikus itu tampaknya tidak terlalu terganggu oleh bau-bauan yang kuat. Aku membutuhkan bantuan tambahan untuk benar-benar mengusir mereka.

Tiba-tiba, seorang kucing datang melintas di depan dapurku. Matanya memancarkan kecerdikan dan ketajaman. Aku memutuskan untuk mencoba memanfaatkan kehadiran kucing ini.

Aku berinisiatif untuk menjalin kerjasama dengan kucing tersebut. Aku memberinya tempat tidur yang nyaman dan menyediakan makanan lezat sebagai imbalan. Dalam waktu singkat, kucing itu menjadi bagian dari keluarga kami.

Kehadiran kucing tersebut memberikan dampak besar pada populasi tikus di rumahku. Mereka merasa terancam dan mencoba menghindarinya. Kucing tersebut, yang diberi nama Milo, dengan penuh semangat memburu tikus-tikus yang berusaha melarikan diri.

Aku melihat bagaimana Milo dengan gesit dan lincah mengejar tikus-tikus itu. Ia berhasil menangkap beberapa di antaranya dan menunjukkan sikap predator yang khas. Tikus-tikus yang tersisa menjadi semakin berhati-hati dan berusaha menjauh dari dapurku.

Milo menjadi penjaga yang andal, menjaga dapur dan rumah kami dari invasi tikus-tikus tersebut. Kehadirannya tidak hanya membantu mengusir tikus-tikus, tetapi juga memberikan kami kegembiraan dan kehangatan sebagai hewan peliharaan.

Sementara itu, aku tidak bisa tidak merenungkan perbedaan sikap antara tikus-tikus dan kucing. Tikus-tikus merasa terjebak dalam siklus keputusasaan dan kesia-siaan hidup, sementara kucing seperti Milo menunjukkan keberanian dan kecerdasan dalam menjalani hidupnya.

Aku menyadari bahwa kucing adalah makhluk yang memiliki insting alami untuk berburu dan menjaga wilayahnya. Mereka mampu mengendalikan populasi tikus dan memberikan perlindungan bagi kita manusia.

Dengan pikiran ini, aku menutup pintu dapurku dan berjalan menuju tidur dengan perasaan lega. Kehadiran Milo telah mengubah dinamika di rumah kami, mengusir tikus-tikus dan memberikan kami kedamaian yang kami cari. Aku bersyukur atas peran kucing dalam menjaga keseimbangan alam di lingkungan kita, dan aku melihatnya sebagai pengingat bahwa setiap makhluk memiliki tempatnya dan nilai di dunia ini.