Kata apa yang dulu paling membuatku luka,
aku gatau
Aku cari dan aku tetap ga tau

Seenggaknya saraf idiomatisku
ngerasa bahwa aku pernah ngerasa luka
tapi aku gatau kata mana
dan kata siapa
yang membuatku luka

Jika semuanya tergerak oleh sistem saraf
yang secara impulsif memutuskan dan merencanakan
menganggap pasti sesuatu,
menuhankan indera
menuhankan perasaan
menuhankan ketakutan
maka sistem saraf dan konspirasinya dengan sistem otaklah
yang perlu disalahkan atas kelupaanku terhadap luka

Sistem pertahanan diri katanya
Tapi jahat sekali bahkan yang dinamakan untuk melindungi
untuk mengasihi
melahap sesuatu yang seperti luka
Atau bukan melahap tapi menyembunyikan
bukankah sama saja?

Yang dinamakan penebar luka
bukankah mereka yang peduli
dan membakar sesuatu
agar mengudara
menjadi hampa

Bukankah tanpa penebar luka,
seseorang takkan pernah bisa mengudara?

Sistem-sistem yang kejam
pelindung yang putus asa dan penuh ketakutan
Itukah si sistem saraf?
Yang mencemburui ketinggian
Yang menghilangkan luka
Yang membuatku menjadi tidak hampa
Yang membuatku memaafkan?

Persetan dengan kehilangan luka
teman teman saraf bodoh kau
pelindung-pelindung takut kau
biarkan penebar luka ada di kesadaranku
jangan kau hilangkan mereka dariku
agar aku tau siapa penebar lukaku
agar aku tak lupa dengan luka
agar dengan luka aku dapat mengudara

begitu megahnya mereka di ketinggian
begitu singkatnya di keramaian
sebelum luka membakar mereka
menuju indahnya keterhampaan

Dan yang membuat mereka merasakan
begitu indahnya kehampaan
dan kekosongan dari ketinggian
adalah para luka
bukan kalian pelindung yang ketakutan
sistem saraf

Sehingga penebar lukalah yang perlu diidolakan
Membakar menuju ketinggian singkat
bermegah-megah menuju ketiadaan

Kau mungkin pelindung yang baik
sistem saraf

Tapi tak ada satupun yang menyukai yang baik
kau mungkin membuatku melupakan luka
agar tidak terbang menuju hampa
agar aku bisa hidup lebih lama
Tapi tidak ada yang suka hidup di tanah
tidak ada yang suka memaafkan
tidak ada yang suka keabadian
karena keabadaian pun suka membakar
menuju ketiadaan

tapi melalui terbang dengan luka,
setidaknya didapati kemegahan sementara
sehingga aku memilih terbang dengan luka
menuju kemegahan hampa