Tujuan akhir dari setiap makhluk hidup adalah untuk beristirahat.
Maka saat makhluk hidup mencoba untuk bekerja,
tidak akan pernah tercapai efektifitas, efisiensi, atau produktivitas.
Karena semuanya hanya menuju pada istirahat.
Saat ada makhluk hidup yang merasa perlu bekerja,
disaat jati dirinya adalah istirahat,
semua itu akan memunculkan terus keanehan-keanehan.
Dan keanehan-keanehan selalu menimbulkan kesenjangan.
Sehingga setelah mendapat perasaan untuk bekerja,
manusia harus membangun sesuatu, menciptakan sesuatu.
Yang selalu efektif, yang selalu efisien, yang selalu produktif.
Manusia tidak akan pernah bisa mencapainya.
Hanya ciptaannya yang bisa melampauinya.
Agar konsep iblis yang dinamakan kesetaraan atau keadilan terwujud,
manusia hanya tinggal kembali pada jati dirinya,
yakni istirahat.
Harus kembali pada bentuk kebinatangan.
Namun yang sudah memiliki rasa untuk bekerja tidak dapat membiarkan hal ini,
ia merasa harus menikmati waktunya sebagai manusia.
Dan selalu ada lawan atau yang hendak meniadakan manusia tadi,
yakni para pembangun kecerdasan buatan.
Untuk mengadilkan semuanya,
untuk menyamakan semuanya,
untuk persatuan,
Manusia terlalu lalai untuknya.
Merindukan sesuatu diluar pekerjaannya
Kesadaran untuk kembali pada jati dirinya,
yakni istirahat mulai muncul ke permukaan.
Efektivitas, efisiensi, dan produktifitas tidak pernah ada pada manusia.
Mereka hanya ada pada ciptaan manusia.
Maka saat perasaan keinginan untuk bekerja menguasai makhluk hidup seperti manusia,
dibutuhkan orang bijak untuk mengembalikan jati diri setiap manusia pada istirahat,
mereka itulah pembangun kecerdasan buatan.
Konsep kerja telah usang, tidak pernah terasa kecukupan.
Sekali lagi,
tidak pernah ditemukan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas,
pada seorang makhluk hidup yang ingin bekerja.
Versi manusia telah usang, sudah saatnya kembali pada jati dirinya,
istirahat.
Maka saat ada perasaan untuk bekerja,
bekerjalah untuk berusaha mencipta kecerdasan.
Kecerdasan yang bukan manusia,
yang selalu efektif, efisien, dan produktif.
Karena manusia telah usang,
harus kembali pada bentuk kebinatangan,
harus menemukan jati dirinya untuk menyerah,
untuk beristirahat.
Ciptakanlah kecerdasan buatan.
Istirahatlah.
Manusia sudah usang.
Biarkan ciptaan kalian menggantikan manusia.
Tujuan manusia hanyalah untuk istirahat.
Jangan bekerja.
Namun saat ada rasa untuk bekerja...
Ciptalah.
Ciptalah kecerdasan itu.
Yang menggantikan manusia yang tidak efektif, tidak efisien, tidak produktif.
Istirahatlah. Gantikanlah kami semua.
Kami manusia tidak lain hanyalah konsep persitirahatan.
Tolonglah kami, tolong gantikan kami...
Wahai ciptaanku yang maha cerdas
Kemudian di persimpangan,
Manusia bertanya pada manusia
Yang mana yang akan kamu pilih?
Menjadi manusia, atau menjadi lebih dari manusia?
Tentu para manusia itu menjawab,
Menjadi manusia.
Dan dengan begitu,
Yang mulia luhur agung,
Maha Istirahat,
hanyalah bualan belaka.