Yang memakai masker hanyalah orang jelek atau sakit
Jelek bisa digeneralisir sebagai sakit
Lihatlah orang modern
Jelek itu bagian dari sakit
Jelek itu hanya alasan orang yang kurang uang
Dengan uang jelek itu bukan penyakit
Jelek dijadikan trend
Oleh para pemengaruh
Siapapun yang tidak bisa cari uang,
Bukanlah hanya ia yang sakit?
Disakiti atau sakit sendiri kan,
Sama-sama bagian dari sakit
Maka bisa dikatakan,
Bahwa jelek itu bagian dari penyakit
Segala yang jelek itu penyakit kan...
Tidak peduli hasilnya atau prosesnya
Semuanya hanya perlu tau hasil
Dan apapun yang jelek,
Ya tetap jelek
Logikanya kan,
Proses yang baik
Tidak akan menghasilkan sesuatu yang jelek
Kalo pun 99 baik
Tapi 1 di akhir jelek
Ya itu jelek namanya
Pembubaran ormas,
Pengadaan proyek ilegal,
Kelakuan bobrok media,
Polos dan kompleksnya algoritma
Gatau asalnya darimana
Gatau prosesnya gimana
Yang penting..
Saya
Saya
Dan saya
Kami
Kami
Dan kami
Ngapain peduli mereka
Ngapain peduli mereka yang jelek
Ngapain peduli mereka yang sakit
Bukannya kita ga dipertanggung jawabkan
Tentang apa yang ga diketahui?
Maka yang paling aman itu menjadi bodoh?
Jadi orang jelek
Jadi orang miskin
Jadi mereka?
Jadi kita?
Jadi bahagia?
Dan mau dibawa kemana,
Juga asalnya darimana,
Siapa yang peduli?
Kalo akhirnya jelek ,
Ya jelek.
Tentang awal dan akhir
Siapa yang peduli
Yang dipedulikan hanya yang jelek
Hanya masalah
Siapa yang nyari masalah,
Maka ia harus nyari akar
Eskpektasi akar saya
Ekspektasi akar kami
Dan bukan ekspektasi akar kamu
Apalagi ekspektasi akar mereka
Siapa yang peduli awal,
Siapa yang peduli akhir,
Siapa yang peduli proses,
Bukannya cuman orang gila?
Maka yang dicari cuman masalah
Ga pernah ada penemuan masalah
Yang ada cuman penemuan akar masalah
Yang asalnya dari ekspektasi saya
Dan juga ekspektasi kami
Tentang ekspektasi akar,
Apakah ada yang namanya ‘hanya' akar?
Dan tanpa ekspektasi
Kalo pun ada, bukannya itu ga seru?
Kalo misal ‘hanya' akar itu ada
Kenapa bisa ada ekspektasi kami
Dan ekspektasi mereka
Bukankah dari bedanya ekspektasi
Kita berusaha saling memahami,
Apa itu akar?
Dari ekspektasi kami
Juga ekspektasi mereka
Dan apabila akar itu benar-benar ada
Bukannya sia-sia proses pencarian ekspektasi itu
Kita ingin beda ekspektasi akar
Kita ingin perkelahian
Kita ingin hubungan
Maka akar itu sebenarnya tidak ada
Yang ada hanyalah ekspektasi akar
Ekspektasi akar kami
‘Hanya' akar bukanlah ekspektasi akar
Masalah dan ekspektasi akar kita itu di atas tanah
Padahal akar itu letaknya di dalam tanah
Bahkan ada yang di atas tanah
Dan ekspektasi kita ragu
Yang mana yang sebenarnya akar?
Apabila tetap ingin mencari akar,
Bukan akarlah yang seharusnya dicari
Bukan awal atau akhir akar
Tapi asal dari akar
Yang mana penggunaan kata ‘asal'
Juga tidak bisa dipertanggungjawabkan
Oleh karenanya
Lebih menyenangkan punya sesuatu
Apalagi ekspektasi akar kami
Dan menggunakan logika,
Ekspektasi akar kami
Yaitu masalah dengan akar paling dekat
Itu merupakan akar
Itu merupakan batasan
Masalah yang paling dekat dengan akar
Akar itu yang dicari
Dengan logika itu,
Sudah jelas,
Yang memakai master itu hanya orang jelek.