Keresahan saya setelah menjalani organisasi bercorak muslim (DKM SMAN 4 Bdg, HIROKOBA, terutama FUKI Fasilkom UI)

  • Masalah utama organisasi adalah tidak mengetahui masalahnya apa, akhirnya bikin program tidak terlalu penting kemudian semua anggotanya dipaksa untuk ikut program

Visi misi nilai dijadikan formalitas belaka.

Tidak fokus ke program yang benar-benar berdampak dan sesuai kapasitas kapabilitas anggota.

Tidak berani menstop program yang dirasa kurang jelas.

Semua divisi menjalankan programnya masing-masing, dan partisipan aktifnya hanyalah anggota divisi itu sendiri.

  • Manipulasi data, garbage in garbage out

Laporan pertanggung jawaban tidak diisi secara objektif dan holistik. Mengerjakan program yang tidak diketahui output dan dampaknya, tetapi tidak dievaluasi secara menyeluruh.

Program tersebut diulangi lagi di periode berikutnya, dengan bentuk yang sama. Penanggung jawab bangga sudah mengerjakannya, tapi tidak dievaluasi secara komprehensif sehingga jarang terasa manfaatnya.

  • Terlalu mengandalkan leadership dan tidak menjadikan organisasi sebagai prioritas

“Aku ikut organisasi untuk menuhin CV”, akhirnya ikut banyak organisasi dan tidak bisa memberikan performa maksimalnya ke yang diikutinya.

Manusia bukan makhluk multi tasking yang memiliki banyak core CPU untuk dapat memproses semua tasknya secara paralel.

Organisasi semacam ini biasanya jarang dijadikan prioritas karena memang terlihat yang paling tidak berdampak dibandingkan organisasi lain.

  • Tidak ada mekanisme evaluasi yang baik

Pemimpin tidak aktif meminta feedback dari semua anggota, merasa sudah bekerja dengan baik.

Anggota bisa memberikan feedback ke pimpinan sehingga ada sense of belonging tapi pemimpin tidak memberikan media dan channel untuk feedback mengakibatkan feedback tidak pernah tersampaikan, sehingga improvement sulit dilakukan.

  • Pemimpin tidak mengetahui potensi sebenarnya dari organisasi dan semua anggotanya

Hubungan intra dan inter tim divisinya nya kurang baik.

Orang yang ahli di suatu bidang tertentu kemampuannya tidak digunakan untuk organisasi dan justru malah diberikan tugas yang tidak akan meningkatkan potensi anggota tersebut.

Saran

Rekomendasi terhadap Badan Organisasi di Fasilkom

Bagian ini mungkin untuk DPM atau BEM, yakni melakukan regulasi yang tepat agar iklim organisasi di Fasilkom bisa berkolaborasi secara efektif, saran saya adalah:

  • Membatasi mahasiswa untuk aktif dalam berbagai organisasi

Mahasiswa sebaiknya dibatasi dalam aktif dalam organisasi agar bisa fokus berkontribusi pada organisasi yang dipilihnya. Hal ini mungkin sudah cukup diterapkan dengan baik

  • Mendorong RISTEK dan SISTEM untuk terbuka dan kolaboratif

Karena kedua organisasi tersebut cukup berkofus pada aspek hard-skill, maka disarankan sangat terbuka terhadap berbagai kegiatannya sehingga seluruh elemen Fasilkom bahkan luar Fasilkom bisa ikut belajar tentang apa yang dipelajari dalam kedua organisasi tersebut. Hal ini ditujuankan juga untuk mengurangi FOMO.

Sebagai contoh, di setiap open class RISTEK diharapkan ada sekretaris yang mencatat apa yang dipelajari saat itu, sumber-sumber pembelajarannya, dll kemudian disebarkan dan diupload ke repository yang bisa dilihat semua orang sehingga knowledge yang dipelajari bisa tersebar dan juga memenuhi nilai tri dharma perguruan tinggi yaitu keterbukaan dan inklusivitas.

Diharapkan setiap Badan Organisasi memiliki ciri khasnya masing-masing agar mahasiswa bisa memilih dengan benar apa yang ingin difokuskannya. Kemudian setiap Badan Organisasi perlu transparan dan membagikan setiap knowledge-nya agar yang bukan anggota tetap bisa merasakan manfaat dari setiap organisasi yang ada.

Kemudian saran untuk manajemen FUKI sendiri, manajemen perlu memastikan komitmen setiap anggotanya. Namun sebelum memastikan komitmen anggotanya, pastikan bahwa program sesuai dengan target (tujuannya harus jelas, tidak hanya sebatas formalitas dan seremonial). Alasannya adalah agar setiap anggota FUKI bisa maksimal dalam menjalankan prokernya, memastikan prokernya sesuai dengan target, serta memaksimalkan kuantitas dan kualitas indikator keberhasilannya.

From budak proker to master of proker

Penanggung jawab proker harus diberikan job description yang jelas, otoritas yang jelas, untuk memastikan bahwa prokernya bisa berjalan semaksimal mungkin sehingga PJ tidak kebingungan harus berbuat apa. Hal ini juga untuk memberikan prestise tersendiri pada setiap PJ sehingga dapat benar-benar menganalisis perkembangan prokernya dan akibatnya dapat dikembangkan proker yang benar-benar terasa manfaatnya.

Serta manajemen FUKI perlu memastikan bahwa anggota FUKI bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Jangan sampai anggota FUKI justru terdistraksi dalam mengembangkan potensi dan minat dirinya. Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa anggota FUKI memiliki minat dan bakatnya masing-masing dalam berbagai bidang. Saya ingin sebutkan satu persatu lagi.

Dilihat dari banyak anggotanya, ada yang jago mengembangkan web, aplikasi, kemudian ada juga yang jago dalam cyber security, systemic thinking, Competitive Proragmming, analisis data, desain, bisnis, dan lain sebagainya. Lalu dilihat dari berbagai macam background anggotanya, dari sekolah “unggulan”, ada yang dulunya juara berbagai macam kompetisi, juara umum di sekolahnya, pimpinan dari berbagai macam organisasi atau kepanitiaan, dan pengalaman keren lainnya.

Pertanyaannya adalah, apakah ada yang benar-benar tahu dan mendalami Islam secara menyeluruh? Seperti hafal qur’an 30 juz beserta terjemahan dan tafsirnya, hafal hadist, dll yang intinya benar-benar expert dalam agama Islam seperti para Da’i professional? Ada mungkin, tapi jumlahnya hanya sedikit. Menurut pandangan saya, kita sebagai Muslim ilmunya masih sangat kurang dalam menyebarkan agama, sehingga dakwah secara langsung tidak tepat dilakukan.

Maka saya harapkan bahwa anggota FUKI berfokus pada apa yang menjadi latar belakangnya (dalam hal ini Ilmu komputer) untuk berdakwah. Potensi dari berbagai bidang IT perlu dimaksimalkan agar kita bisa berpikir secara menyeluruh sehingga proker tersebut disesuaikan dengan kapasitas kita dan jangan sampai justru fokus kepada hal yang tidak kita ahli tentangnya, seperti ilmu agama secara mendalam.

Kemudian untuk mengatasi pemahaman agama yang kurang, kita serahkan pada ahlinya melalui mentoring dan kajian-kajian ilmiah ustad-ustad salaf, terdapat divisi yang mencari informasi kajian dan mengajak anggota untuk ikut kajian tersebut.

~BERSAMBUNG