Mengapa setiap organisasi membutuhkan bisnis process modelling?

Menyamakan bisnis dengan uang

Outline

Masalahnya adalah tidak ada evaluasi yang benar-benar evaluasi

  • Bisnis
  • pada kenyataannya semuanya adalah bisnis, namun sering dianggap tabu
  • proses rumah sakit dianggap ada bisnis disitu “apa-apa kok dibisniskan, padahal semuanya benar benar bisnis”, padahal semuanya bisnis

Bisnis adalah kegiatan creating value — menciptakan nilai. Maka dari itu bisnis profit dan ada juga yang non profit, seperti kegiatan keorganisasian.

Menurut saya, setiap organisasi memiliki potensi bisnis yang cukup besar apabila dilihat secara mendalam. Namun sayangnya, banyak organisasi seringkali hanya dijadikan selingan anggotanya, sehingga proses yang terjadi tidak bisa berkembang. Memang efektif menurut perspektif anggota di periode tersebut. Namun sayangnya, rasa positif tersebut membuat organisasi hanya berada di situ-situ saja.

Tidak ada evaluasi yang benar-benar menyeluruh, padahal dengan evaluasi yang menyeluruh dan mendalam bisa membuat organisasi mencapai potensi terbaiknya.

Sebenarnya saya ingin memberikan secara langsung contoh mengapa memodelkan bisnis proses itu penting pada organisasi yang pernah saya ikuti, yang menurut saya sebenarnya organisasi tersebut memiliki potensi yang besar untuk dapat menjadi startup. Saya akan memberikan pandangan beserta contoh kasus dalam organisasi ini.

  1. Memastikan semuanya berkolaborasi secara aktif

Masalah bahwa hanya kenal pada individu di luar

  1. Memastikan tidak ada produk bisnis yang dilakukan dengan effort tinggi namun hanya menghasilkan hal kecil

Mengurangi proses vertikal

  • Indikator yang sifatnya kualitatif

Sulit dinilai secara jangka panjang

  • Jangka pendek, hanya untuk periode tersebut saja

Pic

Data followers -> grafik saham periodik, dihubungkan dengan rasio muslim berapa yang ikut (menilai apakah proker tersebut efektif atau tidak) sulit untuk menilai kualitatif karena sulit memastikan bahwa produk atau jasa bisnis tersebut benar-benar sampai, misalkan dalam hal ini adalah dakwah dan alin sebagainya

Data pengunjung

Data survei -> memvalidasi inputan survei

Pembuatan sistem yang berbasis data tersebut bisa membuat stakeholder dapat mengevaluasi organisasi dengan mudah.

Proses evaluasi memangnya untuk apa? Ya lihatlah dari data-data tersebut, pemimpin harusnya bisa menilai apakah itu benar-benar yang diinginkan oleh dirinya dan organisasi? Dari situ bisa berlanjut lagi kepada pertanyaaan, sebenarnya FUKI dibutuhkan apa tidak?

Dan hipotesis saya adalah sebenarnya banyak produk bisnis dari lembaga dakwah itu sebenarnya tidak dibutuhkan di setiap rohis.

Hipotesis saya adalah mentoring sudah cukup. Masalah selanjutnya adalah banyak yang multitasking

Sebenarnya memang hipotesis dan perkiraan saya itu sifatnya pesimistis. Namun itu bukan tanpa alasan. Meskipun banyak bias, tapi saya merasakan sendiri, kurang adanya semangat dalam suatu proker agar benar-benar tersampaikan manfaatnya. Dan meskipun diiringi semangat yang besar dan effort yang besar, hasilnya menurut saya tidak akan cukup besar juga (besar menurut pandangan subjektif saya, apabila menurut anda 5-10 orang yang mengikuti kegiatan itu cukup besar yang itu boleh-boleh saja, lagipula perkara seperti ini memang seperti konsep uang, yaitu social construct.)

Namun saya orang pragmatis yang mengandalkan hanya insting saja. Bahwa LDK tidak akan berkembang dengan cara seperti ini. Hanya begitu-begitu saja. Effort tinggi, hasil rendah. Padahal hasilnya bisa tinggi juga.

Maka ini merupakan pandangan saya apabila diberikan kesempatan untuk mendesain proses bisnis dari LDK bahkan dari ruang lingkup universitas.

  • Masalah yang harus diselesaikan itu multitasking (di dalam sekolah maupun pejabat organisasinya)
  • Memanfaatkan pengetahuan yang dipunya
  • Jangan fokus ke yang gabisa, fokus ke yang bisa dikontrol