Untuk FUKI dan Lembaga Dakwah Lainnya
“I never imagined how frustrating weakness can be” - Gon
Nonton kuliah Jack Dorsey membuat saya ingat kalo dari dulu saya ingin ngeliat apa yang terjadi setiap sudut dunia. Bukan tentang hal negatif atau hal-hal sepele sepele, tapi ingin terus melihat suatu progress yang bisa dibanggakan dan membantu untuk banyak orang di setiap sudut dunia. Tapi niat baik itu tidak selalu membawa jadi baik juga. Contoh simpelnya ya liat aja Twitter sekarang.
Dan pertanyaan-pertanyaan konyolnya nya muncul lagi, apa yang perlu dilakukan? Untuk siapa?
Ujung-ujungnya kata Jack Dorsey harus jadi egois, tidak terlalu peduli dengan yang lain. Ironi memang, tapi kebanyakan produk sukses yang diterima masyarakat yang tujuannya untuk orang banyak emang sebenarnya visinya tetep harus dari sendiri dulu, egois dengan visinya, dan egoismenya itu bisa “menular” bisa juga ngga. Kalo bisa menular, nularnya bisa sampai ngebuat banyak orang ingin membangun “sesuatu” itu.
Mirip dengan konsep Ibnu Bajjah tentang Tadbir Al-Mutawahid
Secara tidak langsung, konsep itu ada hubungannya juga dengan apa yang ingin saya nyinyiri saat ini, yaitu Lembawa Dakwah Kampus, atau saya bakal kerucutkan akan nyinyir khusus untuk FUKI Fasilkom UI.
Tulisan saya sering muter-muter, gatau kenapa selalu ngerasa ada banyak hal yang berhubungan -__-
Jadi begini ceritanya,
Dulu pas saya main Football Manager 2008, saya sering kesal apabila ada pemain yang current ablity
nya berbeda jauh dengan potential ablity
nya. Bermain sebagai manager, saya selalu mencari cara agar setiap pemain saya mencapai potensi terbaiknya.
Dan menurut saya aturan paling dasar dari organisasi, bahwa organisasi perlu memaksimalkan potensi setiap anggotanya agar dapat berkontribusi secara maksimal kepada organisasi, yang pada dasarnya untuk mencapai visi
organisasi.
Maka, manager yang gagal adalah manager yang tidak tau potensi sebenarnya dari organisasinya, dan elemen organisasi yang paling berpengaruh tentunya anggotanya. Hal awal yang perlu dilakukan setiap yang memimpin menurut saya adalah mengetahui potensi dari setiap yang dipimpinnya, dan menurut saya FUKI kurang melihat hal itu.
Tentang Visi dan Misi
Visi menurut saya harusnya bisa lebih abstrak, kondisi ideal yang sulit dicapai, bukan hal yang realistis. Karena berbicara tentang organisasi berbicara juga tentang ide, berbicara tentang cita-cita, maka membuat visi jangan sampai mudah dicapai karena hal yang ideal itu harus selalu menjadi imaginasi yang menstimulasi setiap anggota untuk dapat mencapainya. Tujuannya adalah agar selalu ada progress yang benar-benar bermanfaat bukan hanya untuk anggotanya, tapi lebih besar, karena setiap organisasi perlu ekspansi untuk mewujudkan visi besarnya.
Dan menurut saya ini kurang terlihat di visi dan misinya, yang membawa ke realisasi yang dampaknya kurang terlihat dan proses pengerjaannya bersifat monoton, sehingga organisasi jadinya gitu-gitu aja. Dan mayoritas lembaga dakwah menurut saya mirip seperti ini, monoton dan sebagian prokernya hanya dinikmati oleh anggota-anggotanya saja.
Merendahkan Anggotanya
Merendahkan itu tidak selalu terlihat di fisik, tapi lebih banyak di proses mental, dan FUKI ini menurut saya sangat merendahkan anggotanya.
“Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negara”,
retorika dari John F. Kennedy untuk lari dari kegagalannya sebagai pemimpin.**
Apabila quotes itu berlaku, lantas gunanya manager atau pemimpin itu apa? punya resource, punya power, lebih dari cukup sebenarnya hanya untuk mengetahui potensi setiap anggotanya
Dilanjutkan kapan-kapan