Liga Arab, Bani Israil, dan Project Manager Lebah

Saat pasukan lebah sudah membangun 1/4 sarangnya di plafon rumah anda, anda mungkin bertanya-tanya, mengapa harus di tempat dekat saya tinggal?

Bayangkan apabila PM lebah, entahlah siapa yang ditunjuk ratu lebah, yang memiliki keahlian sebagai PM, atau mungkin dirinya sendiri karena ia merupakan yang paling superior diantara para lebah, sudah merencanakan dengan matang mengenai rencana proyek migrasinya.

Sang PM lebah menginisiasi proyek dengan sangat matang, dari mulai scope, time cost, quality, lebah resource, communication, stakeholder, risk, dan procurement-nya.

Dilihat apa saja deliverables yang diperlukan dalam membangun sarang yang baru. Waktu yang dibutuhkannya sudah ditetapkan dengan jelas dengan schedule management-nya. Semua anggota proyek lebah telah di-assign kepada aktivitas WBS yang sesuai untuk membangun sarang, mengantisipasi risk dari iklim, angin yang berpotensi menggoyangkan dan meruntuhkan sarangnya, atau antisipasi dari serangan manusia ketakutan seperti saya yang ingin menghancurkannya. Semua planning-nya telah dilakukan dengan komprehensif.

Mungkin inilah yang dirasakan Liga Arab saat mengetahui Bani Israil berusaha membangun dan melindungi tempat tinggalnya. Awalnya mungkin memang Bani Israil hanya berencana untuk membangun dengan tujuan sebagai tempat berlindung saja. Namun, terdapat PM ambisius yang ternyata ia tidak hanya berencana untuk melindungi diri saja, melainkan melakukan ekspansi hingga ia dapat menguasai seluruh daerah yang ada.

Saat proyek lebah dimulai, PM lebah yang seperti itu mungkin hanya 1 atau 2 orang. Namun, dari beberapa PM karismatik tadi, mereka membakar semangat para pengikut lebah hingga memotivasi lebah lain untuk memiliki visi yang sama dengan PM lebah yang ambisius tadi.

Antara pasukan lebah dan manusia seperti saya tadi memiliki ketidakpercayaan, saling curiga satu sama lain, tapi curiga lebah itu lebih tinggi daripada manusia seperti saya. Saya sudah aman. Dan karena saya sudah merasa aman, maka saya merasa biasa saja ada sekelompok kecil yang tiba-tiba membangun sarang kecil di rumah saya. Dan bodohnya, saya kekurangan data untuk dapat memutuskan sebenarnya rencana apa yang hendak para lebah lakukan dengan membangun sarang kecil di langit rumah saya.

Di sisi lain, para lebah itu sebagaimana yang saya jelaskan, ternyata sudah memiliki rencana yang sangat matang mengenai semua prosesnya. Karena saya lalai, akhirnya saya lihatlah para lebah itu telah membangun 1/4 dari sarangnya. Saat 1/4 rumahnya itu sudah dibangun, saya masih cukup tidak terlalu curiga terhadap mereka. Sampai beberapa dari mereka terbang menuju saya, di saat itulah saya membayangkan apa yang dapat dilakukannya saat rumahnya dan anak-anaknya telah terlahirkan menjadi banyak. Mungkin saya dan keluarga saya bisa dikerubungi, hingga akhirnya saya perlu diusir dari rumah sendiri?

Namun, saya ini tetap optimis. Mereka itu hanya sekelompok kecil, dan sarangnya pun baru terbangun 1/4 dari aslinya. Namun, anda semua tahu, terdapat PM lebah yang sangat ambisius. Dari yang semula hanya membangun untuk melindungi diri, hingga akhirnya mengekspansi ingin menguasai seluruh langit dan bumi.

PMnya itu benar-benar sangat cerdik dan jenius. Di saat orang-orang seperti saya masih merasa santai-santai saja, dari 1/4 sarang itu mereka terus mengolonialisasi daerah sekitarnya. Hingga akhirnya saya curiga dengan kolonialisme itu, saya melakukan sedikit peringatan kepada mereka. Saya mencoba mengelus-ngelus dengan sapu agar mereka jangan sampai mengganggu saya sehingga saya tidak akan menghancurkan mereka. Namun, peringatan itu tidak diindahkan oleh mereka, hingga akhirnya saya memerlukan bantuan orang lainnya, dari Liga Arab yang bersatu untuk memperingatkan para pasukan lebah.

Sekali lagi saya tegaskan, PM lebah itu sudah sangat cerdas, mereka benar-benar mempersiapkan semuanya. Mereka tahu Liga Arab akan bersatu untuk meruntuhkan mereka. Dengan kecerdikan mereka, mereka menjilat pada negara lebah lain yang pragmatis yang haus akan uang dan kuasa. Maka bantuan dari negara lebah lain pun terus berdatangan pada mereka. Dengan pendidikannya, mereka bisa menciptakan apa saja untuk bertahan dari serangan para Liga Arab.

Hingga pada suatu ketika, Liga Arab benar-benar geram akan kolonialisme dan ekspansi mereka. Mereka melancarkan sedikit gertakan kepada mereka. Sebenarnya, Liga Arab bisa saja menghapuskan pasukan lebah itu sejak dari dahulu. Dengan jumlah pasukan yang lebih banyak dan masa lalu yang sangat bar-bar, tentu Liga Arab dapat dengan mudah menghancurkan mereka. Akan tetapi, para anggota Liga Arab itu telah berubah. Semenjak kedatangan Muhammad, mereka menjadi lebih damai karena ingin membuktikan bahwa kepercayaan mereka merupakan rahmat bagi semesta. Tentu mereka tidak akan memusnahkan para lebah itu karena hal itu akan mencoreng nama baik yang dibawa Muhammad dan akan dianggap sebagai genosida bangsa lebah oleh masyarakat dunia.

Mengetahui kelabilan Liga Arab, para pasukan lebah tentunya langsung tancap gas pol saja dari apa yang sudah ada pada management plan dari PM lebah. Mereka sudah membangun koneksi dengan para negara kapitalis hedonistik untuk mendukungnya. Maka saat peringatan oleh Liga Arab dijalankan, pasukan lebah menggunakan media temannya untuk mem-framing bahwa Liga Arab ingin menggenosida mereka seperti Hitler yang menggenosida mereka. Dan masyarakat dunia percaya saja, karena masyarakat dunia percaya bahwa tidak mungkin yang lebih sedikit jumlahnya dapat menguasai dan menyerang yang lebih banyak jumlahnya.

Tentu Liga Arab merasa terfitnah dengan media itu. Karena dahulunya memang bar-bar, maka mereka akhirnya kesulitan menjaga nafsunya dan malah melakukan kesalahan tanpa diiringi rencana yang jelas untuk membasmi para lebah tadi. Dan dengan jumlah yang sedikit itu, para lebah dapat memengaruhi para negara pragmatis tadi untuk melawan Liga Arab.

Mereka terus berproges dari mulai sektor pendidikan dengan doktrin kepada para lebah yang baru lahir mengenai visi dari PM pertama yang ambisius tadi. Sambil mengekspansi daerahnya, Liga Arab juga berusaha terus memperingatkan untuk sadar akan posisi mereka. Namun, sekali lagi, Liga Arab tidak memiliki rencana yang jelas dan labil terhadap tindakan yang perlu dilakukannya. Maka para lebah pun terus doktrin sesamanya, membuat situasinya menjadi seperti perang agar generasi penerusnya selalu sadar, bahwa mereka sedang dalam keadaan perang, maka seharusnya mereka terus bertahan dan survive agar bisa hidup terus. Untuk bisa terus bertahan, mereka perlu mengungguli manusia lainnya agar dapat dimanfaatkan dan diadopsi oleh bangsa lainnya.

Maka pada masa itu, bangsa lebah terkenal dengan produktivitasnya. Mereka bertebaran ke langit dan bumi untuk mempertahankan eksistensinya. Madunya dikenal oleh bangsa lain dan bangsa lain berani membayar lebih untuk itu sehingga mereka tetap dapat memiliki sumber daya untuk kelangsungan hidupnya. Setiap generasi lebah seterusnya menjadi ahli di bidangnya.

Dari mulai perusahaan makanan dan minuman, pakaian, perangkat lunak, keuangan, militer, hingga usaha lainnya terkenal seantero dunia, meskipun banyak yang tidak tahu bahwa itu merupakan buatan para lebah. Dan tidak ada yang tahu, jejaring sosial yang dibuat mereka dapat mempolarisasi masyarakat dunia menjadi bagian yang sangat kontras dengan bagian lainnya. Hal itu menjadikannya dapat memengaruhi masyarakat dunia berperang satu sama lain.

Mesin pencarian yang dibuat para lebah merupakan yang pertama yang dapat merekomendasikan ke semua orang mengenai apa yang diinginkannya. Dengan begitu, para lebah dapat terus mendorong masyarakat dunia untuk mengonsumsi sesuatu yang dibuatnya, meski sebenarnya mereka tidak membutuhkannya. Tentu hal ini dapat menambah pundi-pundi sumber daya para lebah untuk dapat lebih bertahan hidup. Tidak hanya makanan dan minuman, tetapi mesin para lebah itu selalu merekomendasikan permainan-permainan dan film-film agar masyarakat dunia terus terhibur dan tetap bodoh. Anak-anak lebah banyak yang tidak diizinkan untuk menikmati produk dari para lebah sendiri, seperti teknologi ponsel genggam dan aplikasi media sosial. Sedangkan bangsa selain lebah dapat merasa tenang-tenang saja menggunakannya karena kepolosan dan kebodohannya. Bangsa lebah juga tidak berniat untuk memberitahu masyarakat dunia terhadap hal mengenai kerugian yang akan didapatkannya setelah menggunakan produk-produk hiburan tadi.

Dari awal pendirian sarang, mereka juga memiliki keahlian di bidangnya, khususnya keuangan. Mereka permainkan keuangan masyarakat dunia, mengajak semuanya untuk berspekulasi mengikuti apa yang media teman mereka kendalikan, untuk membangkrutkan satu sama lain, agar yang lain berkompetisi memakan satu sama lain, sedangkan mereka dapat keuntungan dari kebutuhan masyarakat dunia tadi yang berperang membutuhkan pasokan persenjataan atau keuangan dari mereka. Dan mereka dapat kepastian piutang dari negara-negara yang bangkrut tadi agar dapat lebih stabil dalam menguasai langit dan bumi.

“Tapi kan tidak semuanya seperti itu, pasti hanya sekelompok kecil saja yang jahat seperti itu”, kata para anggota Liga Arab dan hal itu dikatakan saat lebah membangun baru hanya 1/4 bagian rumah dari rencana totalnya saja. Hingga keadaan sudah menjadi seperti ini, Liga Arab menyesali, kenapa tidak dahulu mereka musnahkan saja si lebah dan sarangnya itu.


Dari penyesalan mereka saya belajar, saya juga sebenarnya tidak tahu harus apa setelah 1/4 sarang lebah ini mereka bangun, sehingga saya hanya membiarkannya. Lagian lebahnya baru sedikit, mungkin tidak akan mengganggu. Apabila saya menghancurkannya pun, saya takut dicap sebagai tukang genosida lebah. Madunya pun saya rasa enak dan sangat bermanfaat. Apabila masyarakat dunia terus dirugikan dan saya disalahkan di lain hari, saya hanya perlu cari alasan saja, mungkin itu semua sudah takdir tuhan.