odd taxi

Analisis Sistem Informasi JKT48 di Tahun Pandemi

Sekian lama tidak mengidol hingga akhirnya terdapat cuplikan Zee yang menggumam YNTKS. Saya kira hal itu merupakan daya tarik tersendiri yang menemani kegabutan di masa pandemi, apalagi saat diri sedang di masa terjebak dengan tujuan yang tidak tahu akan dipertahankan atau tidak. Visi misi itu katanya tetap, tetapi itu hanya berlaku bagi organisasi yang stabil. Namun, kestabilan itu hal yang membosankan sehingga membuat visi dan misi perseorangan yang merindukan petualangan menjadi fluktuatif dan inkonsisten.

Dari Zee saya mengeksplor apa yang berbeda dari jeketi di tahun pandemi ini dibandingkan jeketi disaat saya mengoshikan Melody dan Jeje di masa SMP hanya karena terlihat cantik sesuai dengan selera kegelisahan saya. Didapati momen-momen tidak terduga, apalagi duetnya dengan Christy, duet anak rumahan berprivilese tanpa beban. Diskusi mengenai keidiotan yang dianggap filsafat, atau memang sebenarnya itu memang filsafat, dan membuktikan bahwa filsafat itu memang hanya diisi orang idiot yang berprivilese sehingga dapat dengan bebas memikirkan sesuatu yang tidak berguna, yang pada akhirnya hal itu hanya menjadi lelucon belaka.

Apabila dahulu jeketi hanya berfokus pada fisik, nyanyian, dan tarian, mungkin JOT sudah menyadari bahwa hal itu tidak memiliki competitive advantage lagi dibandingkan dengan grup idola atau girlband lainnya. Perkembangan teknologi dan masa pandemi memiliki hubungan yang kompleks yang salah satunya merupakan angin segar bagi pihak JOT untuk merestrukturisasi anggota jeketi yang kurang memberikan profit maksimal pada mereka. Bisnis katanya jahat, tetapi setiap manusia tidak mungkin tidak berbicara mengenai nilai, dan secara kebetulan bisnislah yang paling banyak membahas tentang nilai.

Restrukturisasi mirip dengan pengurangan pegawai akibat automasi di dunia bisnis akibat perkembangan teknologi. Dengan sumber daya yang minim, organisasi dapat mencapai profit tertingginya. Bahwa orang-orang dengan privilese yang kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi tentu membuatnya dapat memikirkan sesuatu yang lebih gila. Dan hal itulah yang menjadikan Zee sebagai primadona jeketi di tahun pandemi, dengan ocehan sok polosnya, “Kok kalian gabut banget sih nontonin kita”. Berbeda dengan member yang sudah tertendang, yang memimpilkan menjadi idol yang dapat menginspirasi banyak orang, tetapi nyatanya ia tidak bisa memutar otak sehingga output yang dihasilkan tidak berbeda dari member-member pengisi canvas teater dahulu yang entah sekarang apa kabarnya.

Ya, tentunya karena mereka masih perlu memenuhi kebutuhan dasarnya sebelum dapat bertingkah seperti anak-anak rumahan berprivilese yang dapat memikirkan tentang hal melampaui batas lainnya.

“The result for the rich is isolation and suicide, for the poor, envy and murder.”

Begitu cerdiknya pihak JOT, mungkin mereka sebagian mereka membaca The Prince, The Art of War, dan buku-buku sengklek lainnya yang mengajarkan cara memenangkan pertempuran dengan keuntungan sebesar-sebesarnya pada pihak mereka. Apabila jeketi diisi oleh hanya member berprivilese saja, maka hal itu tentunya akan membuat organisasinya di demo besar-besaran oleh serikat buruh yang memperjuangkan kesetaraan, dan mereka tidak mau hal itu terjadi. Maka disisakannya anggota-anggota yang tidak terlalu berprivilese tetapi memiliki cukup potensi untuk dapat bertahan dan berkembang.

Dengan memanfaatkan teknologi, mereka mendokumentasikan semuanya. Event management dan diagnostik dilakukan semuanya agar dapat membangkitkan suatu data untuk kebutuhan pengambilan keputusan sehingga dapat memprediksi anggota mana yang perlu dipecat (bahasa halusnya diluluskan) dan mana anggota yang perlu bertahan, mana program yang perlu terus berjalan dan mana yang perlu dihentikan, akun mana yang perlu diblokir dan diserang karena menghancurkan persepsi baik masyarakat terhadap jeketi, service apa saja yang bisa diautomasi sehingga anggota dan pihak lainnya tidak perlu keluar effort banyak tapi hal itu tetap terlihat seperti penyediaan service yang berkualitas dan terlihat natural.

Dapat dilihat dari kualitas JOT jeketi. Terlihat terdapat biodata dan perkenalan semua member yang dibungkus secara apik melalui berbagai konten hasil penelitian sehingga para customer dapat melihat benar-benar semua member, yang membuktikan catalogue management sudah terlaksana dengan baik. Dan dari pemantauan itu didapatkan bahwa setiap idol perlu meng-update dan mempublikasi kehidupannya di depan para customer. Dari situ JOT dapat melihat statistik member mana yang perlu diupgrade untuk memenuhi kebutuhan customer, atau member yang tidak memiliki harapan untuk diupgrade sehingga dapat dibuang secara bijak.

Satu hal yang menarik dari penelitian mereka adalah terdapat cukup besar bagian anggota jeketi yang introvert, pemalu, dan dahulunya kurang beruntung dalam hal pertemanan. Segala bukti dari statistik tersebut dapat dilihat pada konten Rumah Uma. Mungkin banyak yang kurang melihat, bahwa berbagai proses tersebut bukanlah hanya untuk hiburan semata. Terdapat pemaksaan pendidikan dan manipulasi karakter. Saya pernah menyebutkan bahwa manipulasi itu tidaklah salah. Justru dengan manipulasi, terdapat hal yang dapat dilihat lebih jelas dan lebih luas dibandingkan dengan tidak adanya manipulasi.

Beberapa proses bisnis inti dari jeketi diantaranya adalah perkenalan member (Rumah Uma), progress member (Showroom), dan liveshow (performance dan liveshow). Sedangkan proses bisnis pendukung salah satunya, tentunya adalah berbagai fan service yang tidak menarik untuk dibahas karena selain overprice, hal itu justru lebih seperti perbudakan dan perdangan manusia yang sebenarnya sudah dilarang sejak tahun 1865.

Kembali berbicara mengenai member, apabila dianalisis secara langsung, maka akan sulit untuk menentukan siapa saja member berlatar belakang miskin. Miskin secara fisik sangat sulit dinilai karena privasi dari anggota cukup terlindungi kecuali yang memang keluarganya sudah familiar di mata publik. Namun, secara mental, dapat dilihat siapa saja yang dahulunya miskin, tetapi sangat berpotensi sebagai pelengkap jeketi yang sebelumnya terlalu sempurna diisi oleh para filsuf berprivilese.

Member ideal itu mungkin yang terlihat anggun, dapat menahan emosi dengan baik, ahli menyanyi dan tarian, serta berbagai karakterisik lainnya yang menunjukkan kesempurnaan seperti Kapten Shani dan circle-circle nya. Namun, era pandemi ini menurut saya bukanlah jeketi dengan mayoritas member seperti itu, melainkan sedikit merepresentasikan manusia medioker dengan berbagai kekurangan. Dengan kekurangan tersebut, JOT menampilkan dirinya sebagai almasih yang memperbaiki kekurangan tersebut. Aspek inti yang ingin dikembangkan yang saya lihat pada masa pandemi ini adalah progress/growth/development.

Terlihat Gita yang dahulunya merasa tidak percaya diri dengan penampilannya, dengan beberapa bulan perkembangan, sekarang tampil anggun dengan karakter uniknya yang cukup stabil seperti anti gombalannya yang menunjukkannya sebagai karakter berkebalikan dari member lainnya yang perlu feminim dan memenuhi kebutuhan customer. Memang cukup menarik untuk dibahas apakah era ini memang era demand pull atau push supply. Karena ada kalanya bahwa demand pull menjadikan organisasi terlihat seperti budak, sedangkan push supply akan menjadikan organisasi seperti pemimpin tangan besi yang dapat mempesona para customer. Dengan sentuhan yang tepat dan sesuai, kedua strategi tersebut menurut saya selalu berjalan beriringan, tidak selalu terdapat perkembangan era. Dapat dilihat juga contohnya pada Apple, suatu produk yang tidak peduli akan demand dari customer, ia hanya akan memproduksi semaunya karena sudah memiliki ciri khas yang dengan bagaimanapun, customer haus status sosial tetap akan membelinya. Meskipun pada ujungnya, customer yang normal atau ‘rasional’ tetap akan memilih produk atau layanan dengan harga paling murah dengan spesifikasi paling tinggi sehingga pull demand tetap menjadi strategi utama.

Selain Gita, member yang berada dalam jangkauan radar saya dengan perkembangan luar biasa lainnya adalah Flora dan Adel. Flora, memiliki background yang cukup janggal dengan dunia entertainment, yaitu introvert yang sebelumnya kurang sukses dalam pergaulan. Selain itu, terlihat keduanya pada awal-awal sangat try hard menjadi sosok yang mereka kira akan diinginkan banyak penggemar. Seiring waktu berjalan, sepertinya mereka sadar bahwa lebih baik nyaman untuk diri sendiri daripada menghabiskan waktu untuk berusaha memenuhi ekspektasi orang lain. Dari Adel yang awal-awalnya seperti pemalu dengan suara yang dicentil-centilkan, sekarang terlihat nyaman dengan suara dan pembawaannya yang cukup gentle. Dari Flora yang awalnya kurang tangkas dalam berkomunikasi, sekarang lumayan cukup dapat mencairkan suasana. Meskipun masih terlihat kekakuannya, Flora menurut saya merupakan suatu representasi dari kebanyakan orang, yang masih mencari apa yang diinginkannya, mencoba berbagai ekspresi yang dapat diterima masyarakat, tetapi tetap perlu dirasa cocok dengannya dan tidak berlebihan, sehingga pantas dengan superego. Tidak peduli dengan hasilnya akan seperti apa, pencarian dan percobaan itu harus terus dilakukan agar tetap bertahan.

Mereka masih gadis remaja, tapi banyak data yang dapat kita tangkap bahwa hal tersebut merupakan tanda perkembangan generasi-generasi muda Indonesia. Meskipun perlu dipertanyakan apakah yang membuatnya cepat terlihat dewasa itu memang benar-benar merepresentasikan seluruh generasi muda, ataukah ada kesenjangan keadaan sehingga mereka ini hanyalah representasi remaja ibu kota yang memiliki circle yang mendukung dan mentor yang bijaksana saja. Hal ini sebenarnya dapat dikomunikasikan oleh pihak jeketi kepada para pemegang kuasa, seberapa senjangkah informasi terhadap rakyatnya, apakah kesenjangan tersebut dapat sesuai dengan cita-cita bangsa atau tidak. Apabila tidak, lantas apa langkah untuk mengatasi permasalahannya.

Hingga sampailah kepada pertanyaan akhir, siapakah oshi anda? Tentunya hal itu sudah jelas jawabannya. Perkembangan yang sangat luar biasa dari setiap member. Walaupun tetap ada yang gugur, tapi semuanya sudah berusaha. Dari yang awal-awal masih kebingungan mengikuti suatu perubahan, tapi ada berbagai pihak yang terus memfasilitasi, ada teman yang selalu mendukung dan memberi motivasi. Walaupun hanya formalitas dan mungkin terkesan sedikit berbohong, bohong itu tetap diperlukan untuk menjaga pertahanan siapapun yang akan menyerah pada dirinya sendiri. Setiap teriakan dukungan dari donasi-donasi tidak terlihat, yang membuat orang lain bersinar dengan cara membagi sinarnya hingga gelap, semuanya saling berkaitan hingga terjadi fenomena janggal ini yang kita sebut sebagai suka cita.

Bayangkan berapa banyak dari generasi muda yang tidak tergali potensinya. Ke-48an ini hanyalah blueprint dari apa yang seharusnya generasi muda dapatkan dari pembimbingnya. Mentor yang selalu menggali potensi dari menteenya, circle pertemanan yang selalu mendukung temannya, para pendukung lain di depan dan belakang panggung yang selalu menyisihkan waktu dan tenaganya untuk tetap ada. Sudah sepatutnya semuanya seperti kodratnya, hanya binatang dan tuhan yang bisa hidup sendiri. Semua generasi muda perlu mengambil peran untuk menjadi apa dan tidak bisa sendiri. Siapapun yang berkuasa, ia adalah kegagalan apabila tidak pernah sekalipun membantu yang dikuasa untuk mencapai potensi terbaiknya.

Siapapun yang tahu perlu memberitahu. Bahwa semuanya bukanlah jeketi. Dan tidak semuanya bertahan dalam jeketi, entah ia menjadi member, JOT, fans, atau pihak lainnya. Namun, setidaknya potensi itu harus tetap terus digali. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk seluruh pihak yang berada dalam fase kebingungan dan pencarian. Semuanya perlu ditemani, hingga masalah terbesarnya bukan lagi aktualisasi diri, melainkan masalah metafisik yang tidak pernah dipahami. Maka berkat dari aktivitas ngidol ini, saya hanya ingin menyampaikan, siapapun yang berkuasa, bantulah siapapun yang ingin mencapai potensi, beritahulah siapapun yang tidak tahu potensi, jangan biarkan siapapun sendiri, kecuali ia binatang atau filsuf gila yang menjelma jadi iblis, atau ia merupakan merupakan haters jeketi.