Betapa hebatnya gelisah ini, bahkan di antara semua kegelisahan yang telah aku siapkan, tiada yang bisa menandingi hebatnya si pandir itu. Seberapa besarnya keraguan dan apapun yang telah disiapkan, si pandir itu tidak ada tandingannya.
Ketamakan dan ketakutanku, yang bersembunyi di balik altruisme palsu, sifat narsistik yang sulit sekali disasari, terlepas dari apa dan siapa penyebabnya, maka ketidakberdayaanku untuk mendiagnosis gejala itu sepenuhnya salahku. Seringkali aku timpakan salahku itu kepada siapa saja yang sedikit terhubung denganku. Tapi bagaimana nanti aku menurunkan kepengecutanku ini pada darah putihku? Tentu saja aku sulit menurunkan hal ini. Maka satu-satunya jalan hanyalah evolusi!
Aku mungkin dapat menjadi sedikit baik sebagai teman, tapi tidak ada alasan materi genetikku dapat dipropagasikan ke masa depan. Ada jalan tentunya untuk dapat dipropagasikan ke masa depan, dengan aku menjadi yang teraneh, menjadi nabi, menyeru kepada semuanya bahwa kita ini makhluk mati. Tapi buat apa menyerukan sesuatu yang jelas-jelas diketahui para makhluk itu.
Suatu ketololan untuk menganggap bahwa materi genetik hanya dapat dijaga oleh darah kental putih. Siapapun yang dapat berkata-kata, merusak kedalaman siapapun yang membaca, mendengar, mencium, ia telah berbuat najis kepada mereka! Hina, sungguh begitu hina, para pemuja kebebasan.
Ia yang takut mengeluarkan darah putihnya di rumah seseorang secara acak, mereka itu merasa paling mulia, tidak ingin masa depannya ditentukan oleh para pelacur. Menggunakan kondom untuk keamanan, tapi siapa yang dapat menjamin wanita cantik yang ingin dibuahi ternyata sesuai dengan akal sehatnya. Bukan itu saja, siapa yang berani memastikan bahwa masa depannya dapat terlahir secara murni, tidak dinajisi oleh para kafir dan para pemuja kebebasan.
Maka melindungi masa depan materi genetik, khususnya dengan cara tersebut, bisa jadi usang, banyak tangan tak terlihat yang memanipulasi kepolosanmu dan keturunanmu. Dan membunuh para pemuja kebebasan itu tidak ada gunanya, karena mereka adalah ibu pertiwi yang menjaga titik ekuivalen dengan sempurna. Yang kau bisa hanyalah membunuh sebagian. Pemusnahan massal pun tidak akan ada artinya, mirip dengan hubungan Yahudi dan Hitler, maka Hitlerlah yang mati.
Ia yang merindukan kemurnian atau pertumbuhan sulit dibedakan. Genetik itu tidak hanya sebatas darah dari ia yang ada di hulu, tapi para filsuf itu selalu berusaha memperkosa ibu pertiwi, mengacaukan masa depan dan harapanmu akan genetik. Maka sesungguhnya tidak ada nilai dalam setiap usahamu dalam mempertahankan. Karena nantinya engkau akan mati, entah kau bersuara ataupun tidak, hal itu tidak ada bedanya, kau akan dipengaruhi dan juga memengaruhi, kau ini debu acak yang bisa membuat efek kupu-kupu. Kau akan selalu tergantikan, entah kau menyampaikan atau kau tidak menyampaikan.
Saat diberikan pilihan, pilihlah ia yang membuatmu dapat bersatu dengan ibu pertiwi, buang semua rasionalitasmu, ikuti tarian dan keacakan yang menstabilkan seluruh yang ada di lingkungannya. Saat itu terjadi, kamu tak perlu pusing lagi dalam memutuskan pilihan, karena kau telah menjadi satu dengan ketotolan ibu pertiwi, tamakmu, takutmu, gelisahmu, semuanya diserap oleh ibu pertiwi. Karena ia terus diperkosa, ia lelah melawan, hanya menikmati yang ia bisa, maka kau tidak akan pernah bisa menaklukkan ia yang menikmati saat diperkosa.