Aku ini orang mati. Siapa yang bertanggung jawab saat aku lepas kendali. Apakah kendali diri itu nyata? Aku selalu mencari alasan dibalik suatu kemungkinan terburuk yang pernah terjadi. Carpe diem, bisikan setan itu lah yang selalu memaksaku bertindak konyol. Aku ini pengecut, yang tidak berani mati. Begitu hampanya malaikat karena tidak bernafsu, maka nafsu ini suatu anugrah yang hanya untuk manusia bukan? Bila menjadi manusia adalah menjadi bernafsu, maka untuk apa aku tahan semua ini.
Tapi benar-benar, hayalan dan imajinasi inilah yang selalu merusakku. Dan suatu kejernihan itu baru terlihat setelah hal-hal konyol terjadi. Penolakan inilah yang selalu aku tunggu, bermain judi adalah sifat dasar manusia. Maka jika aku tidak berjudi, aku tidak akan bisa menjadi manusia yang penuh. Menjadi malaikat itu suatu anomali bagi manusia, dan itu tidak cocok untukku.
Kembali lagi ke masa lalu. Begitu aku menginginkan orang tertawa karenaku. Maka aku berusaha tahu tentangmu. Inipun sebenarnya tipuan, aku tidak peduli dengan orang-orang, aku hanya peduli bagaimana aku terlihat di depan orang-orang. Maka pertemuan pertama itu di suatu kepanitiaan, aku menanyakan namamu. Mungkin dari situ kamu bisa lihat sorotan mataku yang penuh dengan penipuan dan kesepian. Barangkali kamu pun ragu bahwa sepinya sorotan mataku itu adalah tipuan atau bukan. Maka dari sana aku mencoba menipumu dengan tersenyum sambil menanyakan namamu. Tapi seperti manusia rasional yang perlu curiga terhadap hal yang tidak diketahuinya, maka wajahmu tampakkan kebingungan yang aku tangkap sebagai ketakutan setelah melihat sorotan mataku. Dengan luaran seadanya, aku pun tidak berharap untuk membuat siapapun terpesona, karena orang yang sibuk memperbaiki luaran hanyalah orang yang tidak punya nilai kedalaman untuk jangka panjang. Layaknya tuhan yang mencintai keindahan, maka ia tidak punya nilai karena ingin dilihat indah. Maka dari situ pun aku tau bahwa tidak ada harapan untuk sekadar tahu tentangmu.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai mencari apa yang salah dari diriku, maka aku konsumsi semua yang kubisa, tidak ada suatu kejelasan, tindakan yang timbul berdasarkan boredom bias syndrome belaka, iri dengan orang-orang yang bisa terspesiaslisasi. Sementara aku yang masih bisa hidup dalam kenyamanan, aku ingin terus menjadi sel yang membelah diri. Karena aku tau, semua sel yang terspesialisasi pada akhirnya akan menua dan mati. Maka aku hanya ingin terus membelah kesana kemari, tanpa perlu terspesialisasi. Tapi hukum itu jahat karena selalu menyadarkanku bahwa aku tidak bisa terus membelah diri, tetap perlu spesial, atas dasar kelangkaan dan hukum jahat lainnya.
Aku selalu berlari dari apa yang seharusnya menjadi tanggung jawabku. Karena aku mengkontradiksikan aksiku secara terus menerus. Apakah memang benar aku tercipta untuk itu, untuk mengadukan kebodohan orang-orang dan merampas kebahagiaan mereka dengan mengatakan bahagia itu hanya berlaku untuk si tolol. Maka gagasanku yang aku tulis dengan kemalasan pikiran, aku sebarkan ke teman-temanku dan tidak ada yang menghiraukan, karena memang bodoh sekali tulisanku itu. Barangkali tindakan tersebut hanyalah untuk melawan rasa bosan dan mendukung rasa untuk “perlu melakukan sesuatu”, yang pada padasarnya tidak dibutuhkan orang-orang, atau aku dapat menganggap diri ini seperti cassandra yang memang peringatannya akan selalu diabaikan.
Suatu keacakan pun muncul, dan aku juga lupa nama siapa yang membersamaiku waktu itu. Aku ketakutan dalam perkumpulan karena memang aku ini belum memiliki nilai yang membuatku pantas untuk dijadikan teman saat itu. Saat aku melihat sedikit tentang kamu, akhirnya aku ingat bahwa kamu perempuan dengan tatapan sinis dalam kepanitiaan itu. Kepedulian kecilmu itu aku anggap sebagai suatu hal yang tak ternilai harganya, seperti orang puasa yang berbuka dengan setetes air, dan tetesan air itu terasa begitu ni’mat.
Pertemuan kembali saat itu, aku mencoba senyum yang sama dengan yang dulu, tapi saat itu aku lihat kamu pun tersenyum. Siapa memangnya yang dapat menyalahi aturan resiprokal terkait timbal balik suatu senyuman? Sedikit kepalsuan diperlukan dan itu tidak masalah buatku. Tapi senyummu saat itu benar-benar menjengkelkanku. Dan aku selalu menyadarkan diri bahwa jangan sampai menjatuhkan diri pada senyuman seperti itu. Tapi aku tanya padamu, siapa yang bisa menahan tarikan gravitasi? Dan saat itu aku tidak bisa menahan.
Beberapa kejadian aneh pun muncul, waktu acak yang aku kira suatu takdir bahwa aku dapat membangkitkan kembali hidup yang telah aku kubur. Dan kamu lihat dari berbagai keacakan yang tidak disengaja itu, senyummu lah lagi-lagi yang menjengkelkanku. Maka saat ada kesempatan untuk berbincang, aku ingin mengenalmu lebih dalam, hanya atas dasar kesepian.
Di situlah kamu berbohong kepadaku, berkata bahwa kamu manusia tanpa tujuan. Senyummu yang terlihat hidup berkontradiksi dengan ucapanmu itu, maka di antara kedua itu pasti ada satu yang kamu bohong tentangnya. Namun bodohnya bias konfirmasiku ini, ingin menganggap bahwa kamu benar bahwa kamu manusia tanpa tujuan, sehingga aku merasa bahwa kita memiliki banyak kesamaan, bahwa kita sama-sama manusia mati.
Setelah perbincangan itulah aku terus memikirkanmu, skenario-skenario tidak masuk akal seperti berbagai berikut.
Skenario 1
Anggap kita hanya berdua di pantry atau sesudah pulang
“lu suka pingin bundir gasih?”
“gw sering kebayang pas lg ngerjain magang, anjirrr bosen banget pengen bundir. ngebayangin para pemagang overwork dan underpaid, lah kita ngopi file sql doang digaji segini, kerjaan fleksibel, seniornya baik2, makan gratis bergizi pula. dapet suntikan lagi dari blackrock investor, antagonis yang merusak arti seni, mirip bisnis politik sepakbola terhadap sepakbola itu sendiri. ada gasih orng disini yg mikir gitu, kayak kesenjangan dll…”
“gw liat lu tuh ya kayak anjirr tajir bngt nih kynya. ya kali gapunya tujuan hidup, gw tau lu boong sih. maksudnya kita stranger jadi ya lu pasti gaenak aja ngomongin mimpi lu. gw liat lu bisa bahasa jerman tuh pingin apa kalo udah disana? pamerin ke story ig doang kah? lu mau jualan soda tiap hari apa ngubah dunia dengan cara eksploitasi pegawai murah di cina?”
“maksudnya di dunia ini tuh pasti ada sesuatu yang dikhususkan cuman buat lu. banyak orang kelaparan, lagi perang lah, ekonomi ga jelas, semuanya kiblat ke US buat judi ribawi, kovid gajelas, banyak hikkikomori kesepian kehilangan guna, bocil2 indon kerjanya pada ngegame pengen jadi influencer, ga ada inovasi, konsumtif semua, transportasi gajelas, lgbt, global warming lah, politik diisi orang2 tolol, pada mabok agama, orang2 karismatik gajelas pada diikutin, potensi ga digali dan pada kerja di finance ato consulting yg overpaid dan gajelas itu manfaatnya apa buat society, yg pinter2 kerjanya pada nipu pake AI & blockchain, kognitif bias orang tolol dimanfaatin untuk kepentingan pribadi dan kelompok. wisdom oh wisdom, muhamad ku muhamadku dengarlah seruanku aku rindu aku rindu… ORANG SYIAH!!!”
Skenario 2
“lu udah punya pacar belum?”
If yes: “Boleh tau gasih pdkt nya gmn, gw penasaran pengen punya pacar juga.” “Cowo lu ganteng ga? jadi pengen kenalan” “Wah pas banget nih, gw lagi ada produk buat berdua siapa tau tertarik, jadi produknya ini…”
Else: “Ada yang deketin lu ga?” “Lu suka cewe ya?” “Wkwkwk sedih amat ga ada yg deketin.”
“Kayanya gw suka sama lu deh, lu mau jadi temen belajar speaking b inggris buat toefl/ielts ga”
“Jadi pacar jg okesih, gw kasih proposal nih. Jadi gini, lu kan cantik ya dan gw ky orang autis nolep miskin. Kalo lu pacaran sm gw, gw bisa ceritain kisah kita, dan bisa jadi motivasi/harapan buat para nolep lainnya untuk bisa lebih hidup. Lu bakal bermanfaat bngt gasih.”
“Sebenarnya gw mau eksperimen sih kalo lu mau bantu, jadi eksperimennya itu ya kita sekitar beberapa minggu sekali meet/speaking gitu, mirip daily standup, nanti kita sama2 belajar tentang self improvement atau bahas suatu topik, plan and implement our dream, pake kanban board dan lain-lain. oh iya itu bentar aja terus gw coba tracking tuh apa yang udah kita lakuin. gw cmn pengen eksperimen aja siapa tau bisa bermanfaat bagi orang2 dan kita2 juga. nanti bisa dijadiin makalah yang judulnya BERPROSES DENGAN TEMAN HIDUP MELALUI METODE KANBAN”
Skenario 3
“Eh ini terakhiran, gw boleh minta bantuan ga?”
“Gw tuh sebenernya pengen jadi bandar judi, cuman blm kesampaian aja, nah lu mau ga jadi customer pertama gw ga?”
“Gamenya simpel sih, kalo judi kan lu harus keluar duit ya, nah ini cmn perlu waktu dan komitmen doang”
“Gw punya 1 pertanyaan buat lu, dan lu harus tebak apa pertanyaan gw, as simple as that. Gw kasih lu 10 percobaan, kalo tebakan lu bener di kesempatan pertama gw kasih lu 10 juta, terus 9 8 7, dan kalo ga ketebak ya lu ga akan bisa dapet apa-apa. Pertanyaannya gw ketik di notes biar ga curang. Scope nya bebas, yang jelas bukan pertanyaan teknis susah2.”
“Clue nya tentang kehidupan. Anggap gw suka sm lu, kira2 gw bakal nanya apa ke elu?”
“WKWKWK 10 percobaan salah semua, jawabannya lu pernah pengen bundir ga?”
“Terserah mau dijawab apa angga, cmn selama jadi bandar gw udah puas, ternyata itu list pertanyaan yg lu pikir bakal gw tanyain ke elu, dan ternyata salah wkwk thanks udah main, good luck buat kehidupan lu. Ternyata emang bener, bandar selalu menang.”
Dari berbagai skenario yang aku siapkan, tidak ada satupun yang aku berani wujudkan. Lihatlah bahwa mimpi dan pikiran itu lebih indah. Dan siapa yang mengetahui ketiadaan implementasi itu bentuk kegagalan atau bukan. Ketiadaan wujud fisik dari suatu alam pikiran, siapa yang bertanggung jawab terhadap kejahatan di dalam dunia pikiran? Bukankah itu adalah tanggung jawab si gila?
Maka sekali lagi aku ingat film terhorror yang pernah aku tonton, yaitu Requiem for a Dream atau Secret Life of Walter Mitty. Film adalah sarana orang gila menyebarkan mimpinya. Dan saat mimpi itu tersebar, mimpi itu merusak kedalaman siapapun yang terpengaruh olehnya. Kata Zizek, film adalah seni paling mesum, ia tidak memberikan apa yang kamu nafsukan, tapi ia mengajarkanmu bagaimana cara untuk bernafsu.
Setelah ketiga skenario tersebut tidak ada yang terwujudukan, aku terguling-guling di kasur selama sebulan, sambil tetap mencoba 1 persen lebih baik setiap harinya dengan mendengarkan omong kosong jordan peterson, huberman lab, designing data intensive application, cracking coding interview, khan academy, charlie munger mental model, peter thiel definite optimism, ngaji filsafat, tazkiyatunnafs dan lain sebagainya sehingga dalam kesedihan pun aku tetap dapat mengimajinasikan suatu progress palsu.
“My dear, here we must run as fast as we can, just to stay in place. And if you wish to go anywhere you must run twice as fast as that.” - Red Queen
Terakhir, sebenarnya aku tidak ingin membebanimu dengan memaksamu untuk setidaknya mencari tujuan. Tapi bagi kamu yang memiliki lebih dari yang lain, sedangkan kamu tidak memanfaatkan itu untuk kemaslahatan sesamamu yang kekurangan, bagaimana dengan pertanggung jawabanmu di masa depan? Dan hal ini tidak lain hanyalah untuk kepentinganku juga, mungkin kamu alfa dan masih dalam kondisi tertidur, maka bila begitu aku hanya ingin coba bangunkanmu ~ Tablig.
Bukan orang lemah dan rendahan yang ingin aku selamatkan. Selalu ada hulu, hilir, dan muara yang menyedihkan. Maka jangan sampai kamu sedekah untuk orang lemah, karena itu sama saja dengan memberikan ikan kepada yang meminta. Kamu itu cerdas, jangan pernah memberikan orang lain apa yang mereka inginkan, berilah apa yang mereka butuhkan, gunakan otakmu yang dianugrahi oleh tuhan. Todongkan pistol untuk para pencetak uang dan penagih pajak dengan cara elegan, paksa mereka mengajari orang lemah cara menggunakan pancingan, cara membuat pancingan, cara membunuh tangan-tangan tak terlihat sehingga dapat lepas dari kelemahan dan kemalasan.
Maka hanya itulah yang aku bisa, mendorong orang untuk menodong siapapun yang terlihat di atas, menyelamatkannya, dan menyelamatkan yang di bawah, sehingga tak perlu lagi ada hierarki tuhan dan budaknya, sehingga tuhan akan kehilangan eksistensinya. Karena hanya dengan itulah kamu dapat membunuh tuhan. Dan bila kamu dapat membunuh tuhan-tuhan, maka mayat-mayatnya itulah yang akan mengajarkan dan menunjukkanmu puncak komedi dari cinta dan kasih sayang.
Maka inilah jalanku mencintaimu!