lonely-colorful-youngest-child

Bungsu bertabiat untuk menghancurkan apa-apa yang sudah dibangun. Bebannya tidak seberat si sulung atau pertengahan. Orang tuanya memprioritaskan umur, karena tanggung jawabnya besar, sehingga si bungsu sering merasa tidak diperhatikan. Si bungsu hidup dengan mudah, segala kebutuhannya terpenuhi akibat kakak dan orang tuanya, tidak perlu memilih, diberikan apa-apa yang telah digunakan kakaknya, dan ia setuju-setuju saja.

Hidupnya terlalu mudah. Ia diberikan apa saja yang diinginkannya. Apabila tidak diberikan apa yang diinginkannya, ia mengandalkan insting culasnya untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah. Kemudahan itu ialah tabiatnya, dan ia merasa bahwa semua manusia harus secara mudah mendapatkan sesuatu seperti caranya mendapatkan sesuatu. Karena begitu manja, terikat, dan lemahnya ia, ia jarang dilibatkan dalam suatu rencana besar.

Saat ia bangun dari tidurnya, sedangkan ibunya ke luar rumah tanpa berkata apa-apa, ia sangat ketakutan karena begitu terikatnya ia dengan para pemberi yang melemahkannya. Saat ia tidak diizinkan bermain dengan temannya, ia berakting dan memanipulasi emosinya sehingga orang tuanya mengizinkannya. Cara itu selalu berhasil, sehingga ia terus mendapatkan apa yang ia ingin dapatkan.

Ia hidup terlalu mudah, diberikan apa saja yang diinginkannya. Walaupun semuanya tau tidak pernah ada rasa kepuasan, si bungsu ini selalu diberikan semuanya. Yang terburuk dari segala yang pernah diterimanya adalah waktu luang. Maka ia dikutuk dengan kebebasan.

Dengan kebebasan ia dapat melihat semua yang terbaik hingga yang terburuk. Ia bisa melihat indahnya tempat-tempat dari yang terkecil hingga yang terbesar, dari yang membuatnya merasa kecil hingga yang membuatnya merasa besar. Ia bisa melihat segala keunikan orang-orang dan anugerah terhadapnya. Ia dapat menikmati segala jenis musik dari yang terpinggirkan hingga yang dinikmati banyak orang. Ia dapat memakan apa yang membuatnya merasa enak hingga makanan yang memualkannya. Ia dapat merasakan sakitnya teman yang sedang direndahkan, tapi ia juga dapat merasakan kenikmatan saat mencela teman. Ia dapat menikmati segala spektrum ideologi, yang cinta damai atau yang rindu akselerasi pertumbuhan, melalui game, video, gambar, tulisan, bilangan biner, dan bentuk komunikasi lain yang sulit diekspresikan.

Saat ia menikmati waktu bersama temannya, ia selalu bertanya-tanya, “Bagaimana rasanya kelaparan di luar sana, diliputi perang, penyakit, dan malapetaka. Apa yang bisa dilakukannya untuk mengurangi penderitaan, kerusakan, dan kesenjangan? Tanyanya.

Ia baru melihat sedikit tapi sudah mencapai kesimpulan, tidak ada. Semuanya membutuhkan kondisi-kondisi seperti itu, untuk lari dari waktu luang. Dan siapapun yang tidak dapat mengerti dirinya, mereka pasti punya tanggung jawab lain untuk menghindari waktu luang dan pertanyaan. Anak bungsu dikutuk dengan kebebasan, ia bertabiat untuk menghancurkan.

Untuk menghancurkan apa-apa yang ditekan orang-orang sibuk dan penuh tanggung jawab. Ia ingin menyadarkan keluarganya, apalah arti semuanya yang mereka jaga dan kembangkan, untuk apa semua itu? Bukan untuknya, tapi untuk mereka masing-masing, untuk yang lebih besar, katanya. Bukan untuk yang lebih besar, karena yang lebih besar itu tidak butuh apa-apa.

Anak bungsu itu penghancur. Ia perlu menanyakan 1 dari 36 golongan. Entropi penyebar berita kebaikan selalu bertambah seiring kemajuan waktu. Bahkan kemajuan waktu itu pun ilusi belaka, tapi entropinya selalu bertumbuh. Karena itu hanyalah kebaikan, kebenarannya tidak pernah terucap. Apabila terucap, maka tidak mungkin ada permainan aneh ini.

Hanya anak bungsu yang bisa mengatakan ini. Usaha kalian untuk mendapatkan sesuatu yang abadi itu semacam kegilaan. Dakwah anak bungsu hanyalah negasi dari asumsi yang selama ini para orang sibuk lakukan.

Apabila diberikan suatu kebebasan untuk sehari saja, untuk semuanya, untuk menanyakan, yang mana yang lebih baik, apakah itu kesementaraan atau keabadian? Si anak bungsu menjawab, entah kesementaraan atau keabadaian, semuanya sama-sama menakutkan. Dan hanya inilah yang bisa dilakukan anak bungsu, menekan keinginan terakhirnya, untuk menanyakan pada setiap yang berjalan dengan sibuk, untuk apa bahagia selamanya?

Semuanya bisa berjalan dengan sibuk, karena diberikan suatu tanggung jawab. Hanya si bungsu yang tidak memiliki tanggungan apa-apa, yang dapat kutukan untuk bebas. Dan orang-orang sibuk itu berteriak untuk selalu ambil risiko terbesar. Maka pengambilan risiko terbesar yang bisa dimiliki si bungsu hanyalah menekan keinginannya, atau justru benar-benar membebaskannya, atau dengan kata lain, ia berkehendak untuk tidak berkehendak, yang dalam hal itu barangkali merupakan suatu bentuk keserakahan terbesar yang ada hingga saat ini.